Selasa, 06 Oktober 2015

Jangan Pandang Orang dari Fisiknya

Banyak orang yang menyangka bahwa menilai orang harus dilihat dari "tampang" luarnya saja. Tak lagi memberikan penghargaan pada tampilah "soul" nya yang seringkali berbeda jauh 360 derajat jika dibandingkan bentuk rupanya. Sehingga tanpa disadari, karena terjebak pada yang materiil, banyak pula orang yang tertipu dan harus menanggung kerugian lantaran harta bendanya disikat oleh orang yang baru dikenalnya.
Singkat cerita, beberapa tahun yang lalu, ketika saya pernah menjalani kehidupan sebagai ABK (Anak Buah Kapal) di salah satu perusahaan perkapalan di Pulau Dewata (Bali), saya dapati dua orang yang berbeda karakter fisik dan psikis. Satu orang fisiknya kalem, ganteng dan memikat hati para perempuan. Dan yang satunya tampangnya serem, tato di sana-sini dan berambut gondrong.
Pria yang tampan tadi, tak banyak tingkah tapi tanpa saya duga justru menjadi sosok yang bengis, ia mudah merayu dan menawarkan bermacam-macam obat-obat terlarang (kebetulan waktu itu saya pernah ditawari ekstaci tapi saya tolak) selain menawarkan perempuan-perempuan "gak bener" tante-tante girang, saya juga didekati dengan aneka tipu daya yang tujuan agar saya terperdaya. Beruntung Allah masih memberikan kekuatan iman (nggak pamer) dan beruntung pula secuil dan setetespun narkoba tidak pernah bersarang dalam tubuh saya. Maklum, saya memiliki bekal pendidikan agama yang cukup keras dari orang tua dan memang saya bersifat saklek, kalau haram ya haram tanpa terkecuali.
Lanjut cerita, setiap hari si pria ganteng ini merayu dan memberikan janji-janji yang muluk akan kesenangan dunia. Tapi alhamdulillah segalanya dapat saya tepis hingga saya bisa bertahan di tengah terjangan ombak samudra demi mencari rezeki.
Pria ganteng ini, yang saya kira memiliki kepribadian yang baik ternyata jauh panggang dari api. Pria yang begitu bagus penampilannya fisiknya ternyata berusaha menjebakku pada rayuan obat-obat terlarang dan wanita "maaf" nakal. Terang saya dugaan saya waktu itu bahwa setiap yang berwajah tampan memiliki pribadi yang baik mulai terkikis dan terbukti dengan prilaku yang ditunjukkan padaku.
Saya hanya cukup bergumam saja "oo ternyata ketampanannya hanya sebagai kedok untuk menipu dan merusak kehidupan orang lain". Meskipun demikian, saya berusaha untuk tetap bersikap baik dan ramah dan berusaha untuk tidak mencari musuh lantaran di perantauan.
Saya pun teringat dengan sosok pembunuh berdarah dingin Fery Asal Kota di Jawa Timur. Fery yang memiliki penampilan yang cukup tampan ternyata merupakan sosok pembunuh berdarah dingin dan menghabisi para temannya "homo" nya. Dengan sangat kejinya. Bahkan yang ironis lagi, ia menguburkan jazad korbannya di pekarang rumahnya sendiri.
Sungguh mengejutkan, bukan? Sosok yang terlihat ganteng, rapih ternyata justru memiliki jiwa yang kerdil dan jahat. Bahkan menurut kedokteran pembunuh ini disebut dengan psikopat, atau sosok yang kejam dan tak mengenal rasa kasihan lantaran kejiwaannya yang "sakit".
Berbeda dengan sosok yang ganteng ini, teman saya yang kedua justru tampangnya menyeramkan, kumisnya tebal, rambutnya gondrong dan tatonya di sekujur tubuh. Kebiasaannya memang kurang baik lantaran mau minum minuman keras, tapi pria ini sangat ramah dan tak mau mengganggu orang lain. Bahkan ketika saya terlihat konflik dengan si ganteng tadi, si serem ini justru menolong dan membantu menengahi konflik saya. Sungguh beruntung memiliki teman yang seram karena ditakuti tapi ternyata memiliki hati yang baik.
Kedua karakter individu banyak sekali ditemukan di sekitar kita. Dengan gaya dan penampilan mereka seakan-akan mereka adalah sosok yang baik. Karena pandangan awam, orang yang berwajah ayu maka ayu juga hatinya. Ternyata sangat kontradiktif. Si tampan justru mempunyai sifat yang kurang baik dan cenderung ingin mencelakakan orang, sedangkan si seram dan bertato malah memiliki kepribadian yang baik dan menolong.
Inilah fakta di sekitar kita, sehingga dengan fakta-fakta ini paling tidak kita tetap berhati-hati jika menemukan pribadi yang sepertinya sangat baik ternyata justru sangat jahat.
Semoga saja, kita mendapati sahabat, teman atau kawan yang baik rupanya, dan juga baik hatinya. Sehingga pertemanan dan persahabatan tidak jatuh pada konflik yang saling merugikan.
Salam
Metro, 4-6-2015(06.30am)